Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Media Youtube - SMA Negeri 1 Purwodadi Kabupaten Grobogan

Rabu, 18 Januari 2023

Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Media Youtube



Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Media Youtube

Oleh : Sus Daryanti, S.Pd

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang.

Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Jawa dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, baik secara makro (jagad gedhe) dan secara mikro (jagad cilik). Penyempurnaan pola pikir secara makro mengacu pada perubahan pola pikir yang mengarah pada hal-hal berikut: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik; (2) pembelajaran interaktif; (3) pola pembelajaran jejaring; (4) pola pembelajaran aktif dengan pendekatan sains; (5) pola belajar berbasis tim; (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran berbasis kebutuhan peserta didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Pola pemikiran secara mikro (jagad cilik) mengacu pada (1) pola pembelajaran bahasa Jawa mengarah pada pembentuk kepribadian dan penguat jati diri masyarakat Jawa yang tercermin pada pocapan, patrap, dan polatan; (2) pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya pengolahan kearifan budaya lokal untuk didayagunakan dalam pembangunan budaya nasional, watak, dan karakter bangsa; (3) pembelajaran bahasa Jawa sebagai penjaga dan pemelihara kelestarian bahasa, sastra, dan aksara Jawa; (4) pembelajaran bahasa Jawa sebagai upaya penyelarasan pemakaian bahasa, sastra, dan aksara Jawa agar sejalan dengan perkembangan bahasa Jawa (nut ing jaman kalakone); (5) pembelajaran bahasa Jawa sebagai proses pembiasaan penggunaan bahasa Jawa yang laras dan leres dalam berkomunikasi dan berinteraksi sehari-hari di dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan kaidah, etika, dan norma yang berlaku; (6) pembelajaran bahasa Jawa memiliki ciri sebagai pembawa dan pengembang budaya Jawa

Penguatan materi dilakukan dengan memperhatikan (1) penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama dengan mempertimbangkan keberadaan dialek masing-masing daerah. Materi kebahaasan yang berkaitan dengan unggah-ungguh tidak disajikan secara khusus pada aspek pengetahuan (KI 3). Hal ini dikawatirkan unggah ungguh hanya berhenti pada tataran pengetahuan padahal yang diharapkan unggah ungguh basa sebagai sebuah action sebagai manifestasi kesantunan berbahasa yang menjadi bagian dari sikap sosial (KI2) yang tercermin dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang diajarkan melalui keteladanan dan pembiasaan pada setiap kesempatan baik itu dalam proses pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas. (2) pemanfaatan sastra Jawa modern sebagai hasil karya sastra Jawa baik yang berupa sastra tulis maupun sastra lisan (geguritan, crita cekak, crita sambung, novel, drama, film dan sebagainya) yang berkembang untuk pembentukan karakter yang njawani, (3) pemanfaatan sastra klasik baik lisan maupun tulis (sastra piwulang, babad, legenda, tembang, nyanyian rakyat, tembang dolanan, cerita, mitos, dongeng, sastra wayang dan sebagainya) untuk penguatan jati diri, dan (4) aksara Jawa sebagai pemertahanan jati diri.

Dalam praktik pembelajaran penulis menggunakan  bahan ajar yang berupa teks cerita yang ada di buku pegangan guru menggunakan desain teks yang sederhana. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti  materi dan tugas tidak sesuai dengan latar  belakang  siswa. Selain  itu, penulis masih  berfokus  pada  penguasaan  pengetahuan  kognitif  yang  lebih  mementingkan hafalan  materi.  Dengan  demikian  proses  berpikir  siswa  masih  dalam  level  C1(mengingat),  memahami  (C2),  dan  C3  (aplikasi).  Guru  hampir  tidak  pernah melaksanakan  pembelajaran  yang  berorientasi  pada  keterampilan  berpikir  tingkat tinggi (higher order thinking  skills/ HOTS).

Berdasarkan  hasil  pengamatan  yang  penulis  lakukan  dengan  beberapa  siswa diperoleh  informasi bahwa peserta didik bosan mengikuti pembelajaran  yang  banyak dilakukan  guru  dengan  menggunakan  metode  ceramah  selain  ceramah,  metode  yang selalu  dilakukan  guru  adalah  penugasan.  Sebagian  peserta  didik  mengaku  jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks.

Oleh karena itu, guru harus mempunyai 4 kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan personal sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi Guru, dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Guru mempunyai peran penting dalam mengantarkan siswa untuk mencapai masa depan yang baik. Oleh karena itu, di dalam sekolah diajarkan berbagai keterampilan yang dapat menjadi bekal siswa untuk mencapai masa depan yang cemerlang.

Dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah mengalami beberapa kendala diantaranya minat siswa dalam membaca masih rendah khususnya membaca teks yang menggunakan bahasa Jawa karena siswa lebih tertarik membaca bacaan dari internet yang dianggap mudah untuk dipahami dan mudah untuk didapatkan. Siswa menganggap teks yang menggunakan bahasa Jawa sulit dipahami karena siswa terbiasa membaca teks menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu banyak siswa yang tidak mengetahui arti dari kata bahasa Jawa yang terdapat dalam teks karena siswa tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-hari. Bacaan menggunakan bahasa Jawa juga masih sangat jarang seperti novel Jawa dan majalah berbahasa Jawa.

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru di sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran untuk mendukung siswa dalam memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajarn kurang menarik perhatian siswa. Abi Hamid, Mustofa, et al. (2020) menyimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan melalui berbagai saluran, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar untuk menambah informasi baru pada diri siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran (Riyana, Cepy.(2012). Sedangkan Hasan, Muhammad, et al. (2021) mengutarakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dari pemberi informasi yaitu guru kepada penerima informasi atau siswa agar termotivasi serta bisa mengikuti proses pembelajaran secara utuh dan bermakna.

Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih monoton serta penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Afandi, Muhamad, et al. (2013), dari konsep pembelajaran, model dan metode pembelajaran dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran.

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir  tingkat  tinggi  (higher  order  thinking  skills).  Salah  satu  model  pembelajaran yang  berorientasi  pada  HOTS  dan  disarankan  dalam  implementasi  Kurikulum  Merdeka adalah model Problem Based Learning yang menuntun peserta didik untuk mengamati (membaca) permasalahan, menuliskan penyelesaian dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan  masalah  dari  dunia  nyata sebagai  konteks  siswa  untuk  belajar  tentang cara  berpikir  kritis  dan  keterampilan  pemecahan  masalah,  serta  untuk  memperoleh pengetahuan  dan  konsep  esensial  dari  materi  yang  dipelajarinya.  Dalam  Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan  sehari- hari  (kontekstual).  Dengan  kata  lain,  Problem  Based  Learning membelajarkan  siswa  untuk  berpikir  secara  kritis  dan  analitis,  serta  mencari  dan menggunakan  sumber  pembelajaran  yang  sesuai  untuk  memecahkan  masalah  yang dihadapi.

Oleh karena itu, dari hasil kajian literatur dan wawancara, penulis yang berperan sebagai guru mendesain pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan siswa menelaah Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pocung menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan media Video Youtube. Selain berguna untuk situasi pembelajaran, praktik baik ini juga dapat dijadikan referensi bagi guru lain untuk menginovasi pembelajarannya.

 

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penyusunan tulisan ini adalah:

1.       Apakah penggunaan media pembelajaran dengan Video Youtube dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menelaah Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pocung?

2.       Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan sudah sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan?

 

C.    Strategi Pemecahan Masalah

1.      Pembuatan Perangkat Pembelajaran.

Dalam melakukan kegiatan ini, penulis menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP yang berisi mengenai sintaks yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, Bahan Ajar sesuai materi pembelajaran, LKPD sebagai alat untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari, Instrumen Penilaian sebagai alat ukur kemampuan siswa, dan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran supaya siswa dapat memahami materi yang telah diajarkan.

2.      Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Penulis menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menentukan solusi dari permasalahan yang ditemukan.

3.      Penggunaan Metode Ceramah, Diskusi, dan Tanya Jawab

Penulis menggunakan menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi dalam kegiatan pembelajaran, diskusi sehingga siswa dapat mekatih kerjasama dengan temannya dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan, dan tanya jawab untuk melatih komunikasi antarsiswa. Pendekatan yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran adalah saintifik dan TPACK.

4.      Penggunaan Media Pembelajaran PPT dan Video Youtube.

Penulis menyampaikan materi menggunakan media pembelajaran PPT dan contoh tembang  disampaikan dengan Video Youtube.

5.      Masukan Observer.

penulis juga meminta masukan dari observer yang merupakan teman sejawat di sekolah. Observer memberi masukan kepada penulis yaitu untuk membahas hasil dari kegiatan pretest sebagai dasar dalam menjelaskan materi pembelajaran dan posttest yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan refleksi.


BAB II

IMPLEMENTASI BEST PRACTICE

A.    Implementasi Strategi Pemecahan Masalah.

Dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah yang sudah ditemukan oleh penulis, penulis menyusun sintaks yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sintaks yang penulis laksanakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu mengawali pembelajaran dengan salam dan doa sampai memberi soal pretest dengan menggunakan aplikasi WordWall Game kepada siswa. Dalam kegiatan inti saya menjelaskan materi, membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok sampai menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dalam pembelajaran. Diantara kegiatan tersebut penulis menyelipkan icebreaking untuk mengurangi ketegangan dari peserta didik. Dalam kegiatan penutup saya melakukan refleksi, kegiatan posttest menggunakan aplikasi WordWall Game dan mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam.

Penulis menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti Power Point dalam menjelaskan materi pembelajaran dan menggunakan Video Youtube karya penulis sendiri dalam menyediakan  contoh Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pocung sehingga siswa dapat lebih tertarik dan antusias dalam membaca novel berbahasa Jawa karena tampilan yang menarik. Link Tembang Serat Wedhatama Pupuh Pocung:

https://www.youtube.com/watch?v=j4mpbkgqqrI&t=6s

Penulis menyusun LKPD untuk memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas terkait materi pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi pembelajaran. Penulis menyusun instrumen penilaian untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan memberi penilaian terhadap hasil kerja siswa.

Untuk mendukung semua kegiatan pembelajaran dan membuat siswa lebih bersemangat dalam memahami materi pembelajaran, penulis menyusun bahan ajar yang berisi mengenai materi pembelajaran. Materi pembelajaran dikemas menjadi lebih menarik dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami siswa. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.

 

B.     Hasil yang Dicapai.

Hasil yang dicapai dari penggunaan media power point dan Video Youtube, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan diskusi kelompok pada peserta didik kelas XI  SMA Negeri 1 Purwodadi  yaitu :

1.       Siswa lebih antusias dan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2.       Siswa menjadi lebih aktif.

3.       Siswa menjadi percaya diri.

4.       Siswa menjadi lebih terampil.

5.       Pembelajaran menjadi lebih menarik.

6.       Penguasaan kosakata siswa meningkat.

7.       Melatih kerjasama antar siswa dalam diskusi kelompok

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa model pembelajaran dan metode pembelajaran yang guru aplikasikan dalam proses pembelajaran sangat efektif, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

 

C.     Kendala-kendala yang Dihadapi.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini telah berjalan dengan lancar, akan tetapi ada sedikit kendala yang dihadapi penulis dalam pelaksanaannya, diantaranya:

a.       Para peserta didik kurang menguasai kosakata berbahasa Jawa, dikarenakan mereka setiap harinya menggunakan bahasa indonesia dalam percakapan sehari-hari.

b.      Menyesuaikan jam mengajar dengan jadwal Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).

c.       Kemampuan pengambilan gambar (video) dan editing video yang masih terbatas.

 

D.    Faktor-faktor Pendukung

Kesuksesan kegiatan ini dikarenakan penulis mendapat juga dukungan dari beberapa pihak, yaitu:

1.      Peserta didik kelas XI yang menjadi objek dalam menentukan identifikasi masalah hingga dilaksanakannya aksi (PPL).

2.      Teman sejawat yang berperan dan membantu guru dalam memberikan solusi dari permasalahan yang timbul dalam pembelajaran serta dalam pengambilan gambar saat kegiatan.

3.      Kepala sekolah yang berperan dalam memberikan dukungan moral dan materil hingga pelaksanaan PPG bisa berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala.

4.      Para dosen dan guru pamong yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dan tagihan di LMS.

 

E.     Alternatif Pengembangan.

Usaha yang telah dilakukan dalam kegiatan ini merupakan wujud dari tanggung jawab penulis sebagai Guru dalam menyusun pembelajaran Inovatif yang sesuai dengan kondisi serta kebutuhan peserta didik. Selain berguna untuk situasi pembelajaran, praktik baik ini juga dapat dijadikan referensi bagi guru lain untuk menginovasi pembelajarannya.

 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A.    SIMPULAN

Proses pembelajaran inovatif dapat tercipta jika model dan strategi pembelajaran yang ditentukan tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru harus mau terus belajar dan mencari informasi mengenai strategi, model, media atau metode pembelajaran dalam mengatasi permasalahan pembelajaran. Problem  Based Learning sangat cocok untuk dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan melatih kemampuan bernalar kritis siswa, dengan menggunakan media pembelajaran yang berbasis TPACK, anak-anak lebih tertarik untuk menyimak dan memperhatikan.

 

B.     SARAN

Dari semua rangkaian kegiatan yang telah penulis lakukan , penulis menyarankan bahwa:

1.      Penggunaan media pembelajaran dengan Video Youtube dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menelaah Teks Serat Wedhatama Pupuh Pocung.

2.  Memberikan reward kepada siswa yang mendapatkan hasil baik dalam memahami materi pembelajaran.

3.      Guru lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran yang berbasic TPACK agar peserta didik lebih berminat mengikuti pembelajaran.

  

Daftar Pustaka

Arimbawa, I. G. P. A. (2021). Penerapan Word Wall Game Quis Berpadukan Classroom Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi. Indonesian Journal of Educational Development, 2(2), 324–332.

Arisyanto, P., Prasetyo, S. A., Untari, M. F. A., & Sundari, R. S. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Tembang Macapat Berbasis Android Bagi Mahasiswa PGSD UPGRIS. Jurnal Basicedu, 5(3), 1584–1592.

Matsuri, Daryanto, J., & Karsono. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Tembang Macapat Berbasis Video Interaktif. Jurnal Pendidikan Dasar Universitas Sebelas Maret, 3(2), 59–65.

Abi Hamid, Mustofa, et al. Media pembelajaran. Yayasan Kita Menulis, 2020

Afandi, Muhamad, et al. Model dan Metode Pembelajaran. Semarang: Unissula, 2013.

Riyana, Cepy. Media Pembelajaran. KEMENAG RI, 2012

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Dan  Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Nomor : 423.5/04678,Tentang Pedoman Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Provinsi Jawa Tengah, 2022



Lampiran:

 

1.      Perangkat Pembelajaran Teks Serat Wedhatama  Pocung.

Link: https://drive.google.com/file/d/1Dmj4RhnIMi2EYmDe4kRo1328lK8LVFLJ/view?usp=sharing

Link Youtube:

https://youtu.be/sAeTqQqQgN4

2.      Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran.








 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.